Sabtu, 04 Desember 2010

Refleksi Belajar ....




       Belajar tidak hanya membuat ilmu pengetahuan kita bertambah   dan menjadi sombong
       Belajar tidak hanya sekedar merubah kebiasaan kita menjadi pribadi yang ingin tau
       Belajar juga tidak hanya  mempelajari hal-hal yang pasti
       Dibalik itu semua belajar adalah proses ...

       Proses di mana merubah pandangan hidup kita yang tadinya terdoktrin menjadi sesuai pemikiran diri kita
       Proses menumbuhkan rasa idealis dari diri sendiri
       Proses membenamkan segala yang kacau dan menggantinya dengan yang baru dan masih fresh
       Proses menjadikan kita pribadi yang tau hitam putih dunia


 Belajar sama seperti hidup
 Hidup itu pilihan
 Ambil sisi yang baik dan simpan di lubuk yang   dalam akan yang buruk untuk sekedar tau
Tak perlu risau akan ilmu yang sudah di pelajari, kelak ilmu ini menjadi pedoman hidup
      
       Jangan pernah berhenti belajar
       Karena dunia ini pun tidak pernah berhenti berputar, sama seperti ilmu pengetahuan
       Terus-menerus berubah
       Di sini lah tantangan kita nantinya sebagai anak bangsa akan ilmu yang terus berevolusi itu



       Tak usah ragu
       Tak usah takut
       Terus maju kawan
       Perjalananmu masih panjang ......




Kamis, 02 Desember 2010

Bersama Kita Bisa !!!!


       Tentunya tidak asing lagi dengan semboyan yang saya angkat sebagai judul postingan kali ini. Semboyan ini mengingatkan kita dengan kampanye Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa kita bisa membangun negeri ini dengan semangat kerjasama antar pihak. Ya, itu juga yang terjadi di bidang kesehatan. Bersama-sama antar profesi yang berorientasi pada upaya kesehatan pasien. Semboyan ini dapat diwujudkan dengan dibentuknya teamwork di pelayanan kesehatan baik di Puskesmas, Klinik, dan Rumah Sakit. Bagaimana proses teamwork itu sendiri di pelayanan kesehatan, mengingat di dalamnya terdiri dari orang - orang dengan beraneka ragam sifat dan karakter, bisakah mencapai tujuan bersama ?

"They should know that they can not work alone, with competence of others they will get synergism "
(Fattler MD, Ford RC, & Heaton CP; 2006)

Inilah salah satu kutipan dari slide yang di ajarkan pada saya saat kuliah, kutipan ini menyadarkan pada kita bahwa kita tidak dapat bekerja sendiri dan lebih baik bila bekerja sama sehingga sinergis. Disinilah di mana kata-kata teamwork diperlukan. Teamwork definisi umumnya proses yang dikerjakan secara berkelompok/tim untuk mencapai suatu tujuan.  Sedangkan dalam bidang kesehatan, teamwork dapat didefinisikan sebagai 

a dynamic process involving two or more healthcare professionals with complementary backgrounds and skills, sharing common health goals and exercising concerted physical and mental effort in assessing, planning, or evaluating patient care ".

Dari definisi ini, dapat kita pahami teamwork terdiri dari 2 orang atau lebih profesi dengan latar belakang dan skill, yang saling berbagi tentang tujuan kesehatan dan berusaha untuk menilai, merencanakan atau mengevaluasi perawatan pasien. Jadi seorang dokter tidak bisa sendirian melakukan pekerjaannya di tempat pelayanan kesehatan, dia juga butuh perawat, yang memonitor pasien rawat inap, membantu mengeintervensi tindakan. Gambaran lebih jelasnya seperti diagram di bawah ini .


Ada beberapa keuntungan kita bekerja sebagai teamwork nantinya di pelayanan kesehatan :
a. Sebuah tim dapat dibentuk dengan berdiskusi dan pemecahan masalah yang melanda tim dan organisasi tersebut.
b. Tim dapat membantu tiap-tiap orang di dalamnya untuk belajar berorganisasi dan terjun di dalamnya. 
c. Tim dapat membuat keputusan untuk tim itu sendiri, memilikinya, dan adanya pengertian di dalamnya sehingga menjadi lebih membuat tim bekerja dengan tanggung jawab dan memonitor hasilnya. 


Gambar di samping ini menjelaskan bagaimana proses yang ada di dalam teamwork.  Ada proses komunikasi di sana, tentu saja antar anggota di dalamnya sehingga informasi dapat tersampaikan denga jelas dan tepat. Selain itu, ada proses pembelajaran seperti yang sudah disinggung sebelumnya, melalui teamwork para anggota belajar berorganisasi, memahami antar anggota dengan segala kekurangan dan kelebihan agar bisa saling melengkapi,dan proses pengembangan baik dari segi ilmu para anggotanya dan misi dari tim ini untuk mencapai tujuan awalnya. Sebuah teamwork dibentuk untuk mengerjakan misi yang berbuah pada hasil yang diharapkan, sehingga dari pemikiran berbagai pihak di dalamnya pengerjaan tugas yang ada harusnya lebih baik karena di handle oleh berbagai macam orang.
     



Dapat disimpulkan melalui teamwork apa yang ingin dicapai dapat lebih memudahkan kita sebagai tenaga kesehatan yang menangani banyak jiwa di negeri ini. Dan nantinya hasil yang di dapatkan lebih efisien dan efektif serta upaya kesehatan pasien yang maksimal.



































References :
pys-pharmweb.pys.bris.ac.uk
Endang Sutisna. Manajemen Kesehatan.
Dr. Budi Mulyono. Leadership and teamwork in health services. ppt

Selasa, 30 November 2010

Awas Logistik menumpuk !!!

       Akhir-akhir ini Indonesia mengalami berbagai macam musibah yang memaksakan penduduk yang terkena musibah kehilangan sumber daya nya dan menumbuhkan permintaan terhadap bantuan yang ditujukan ke masyarakat di luar bencana. Barang bantuan yang dikirimkan dari titik suplai ke titik penampungan masih berupa perkiraan kebutuhan, karena biasanya supplier (donatur) masih belum mengetahui dengan pasti kebutuhan barang yang diperlukan oleh korban bencana, sedangkan barang bantuan yang dikirimkan dari titik penampungan ke titik permintaan sudah merupakan pemenuhan kebutuhan, sehingga jumlah barang dan jenis barang bantuan yang dikirimkan biasanya telah sesuai dengan kebutuhan para korban bencana. Gambar ini diambil di pengungsian korban merapi, pakaian bekas yang disumbangkan untuk para korban menumpuk dan tidak tertata rapi, bahkan ada yang kotor karena terinjak-injak, basah, yang membuat pakaian-pakaian ini semakin terlihat mubadzir. Dengan demikian, sistem logistik menjadi hal yang sangat penting.  Ancaman logistik menumpuk kini mulai kian terasa saat pengungsi mulai pulang. Kenapa bisa begitu ? Bagaimana seharusnya manajemen logistik ?

    
           Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan atau seni serta mengenai proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan , penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan , serta penghapusan alat-alat atau material ( Adman, S.Pd, M.Pd ).  Sedangkan menurut Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) logistik adalah aktivitas yang berkaitan dengan pengadaan (procurement), penyimpanan (storage) dan penghantaran (delivery) barang sesuai dengan jenis, jumlah, waktu, dan tempat yang dikehendaki ataudiperlukan konsumen dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point of destination).
Istilah logistik muncul dalam Angakatan Perang Amerika Serikat. Adapun yang diberikan saat itu terbatas pada usaha atau kegiatan yang berhubungan dengan gerakan perbekalan manusia dalam medan pertempuran.
           Di Indonesia bila terjadi bencana maka yang menangani adalah Badan Koordinasi Nasional Penanngulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi atau yang lebih dikenal dengan BAKORNAS PBP  yang berada langsung di bawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Bakornas–PBP dibantu oleh SATKORLAK PBP (Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi) yang mengkoordinasikan dan mengendalikan di tingkat Daerah /Provinsi, yang diketuai Gubernur. Sedangkan SATLAK PBP bertugas melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di wilayahnya dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh BAKORNAS PBP.



Proses Manajemen Logistik :
1. Fungsi perencanaan menetapkan sasaran-sasaran, penyelenggaraan di bidang logistik. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dan bila pelru diperhitungkan juga.

2. Fungsi anggaran merupakan kegiatan dan usaha merumuskan perincian kebutuhan dengan skala besar dan tetap memperhatikan pembatasan yang berlaku.

3 Fungsi pengadaan adalah kegiatan memenuhi kebutuhan operasional yang telah dirumuskan perencanaan ,penentuan kebutuhan, dan anggaran.

4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran meliputi pelaksanaan yang telah dikerjakan oleh fungsi-fungsi sebelumnya untuk disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.

5. Fungsi Pememliharaan berupaya untuk memaksimalkan penggunaan alat-alat dan inventaris yang ada sehingga memaksimalkan daya guna dan meminimalkan kerusakan. 

6. Fungsi penghapusan bertindak meniadakan barang-barang yang sudah habis manfaatnya dan dilakukan tergantung dari kebijakan instansi terkait.

7. Fungsi Pengendalian adalah fungsi inti dari pengelolaan logistik meliputi pemonitoran dan mengamankan seluruh pengelolaan  logistik.
         Menurut Ahyudin (2005) mengemukakan bahwa terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah. Hal ini akan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat efektif dan efisien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana, kita juga tidak direpotkan oleh sulitnya masalah transportasi.
2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak suka ikan sarden yang diawetkan. Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain kepada
pedagang. Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa.Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat Aceh lebih menyukai ikan asin daripada sarden.
3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-barakpenampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi secaraterus menerus.
4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat korban sebagai manusia.




Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan tidak lagi terjadi penumpukan bantuan di gudang logistik pusat maupun daerah dan agar segera di distribusikan bila terjadi penumpukan. Dan para donatur pun hendaknya memperhatikan barang-barang apa saja yang layak di berikan sesuai dengan budaya daerah bencana tersebut agar bantuan yang sudah diberikan sesuai dan dapat diterima oleh para pengungsi.
 





 
Reference :

Adman, S.Pd, M.Pd. Manajemen
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulamgan Bencana




Minggu, 28 November 2010

Rumah Sakit pun punya Rencana saat Bencana


Rumah Sakit punya rencana saat bencana ?Akhir-akhir ini Indonesia dilanda banyak bencana, mulai dari banjir Washior, Tsunami Mentawai, Gunung Meletus Merapi, dan Gunung Bromo. Bencana ini tidak serta merta hanya disaksikan tapi juga perlunya di ambil hikmah. Salah satunya dengan persiapan rumah sakit bila ada bencana seperti ini. Rencana ini lebih dikenal dengan Hospital Disaster Plan dan sebenarnya sudah disusun sebelum bencana terjadi seperti rencana pada umumnya. Tapi rencana rumah sakit ini istimewa, tidak hanya sekedar rencana yang ditulis di atas kertas lalu di dokumentasikan, tapi dari rencana tersebut dilakukan pelatihan-pelatihan (simulasi) secara periodik dan tentunya di evaluasi. Sebetulnya yang di maksud Hospital Disaster Plan itu seperti apa ?


Hospital Disaster Plan

Definisi
merupakan rencana aksi (plan of action) untuk situasi yang tidak terencana (contingency plan) untuk rumah sakit pada keadaan bencana.

Tujuan
a. Sebagai kebijakan untuk merespon situasi bencana internal dan eksternal yang dapat berefek pada staf rumah sakit, pasien, epngunjung dan komunitas.
b. Mengidentifikasi responsibilitas individual dan departemen pada kejadian situasi bencana

c. Mengidentifikasi Guideline Operasional Standar untuk aktivitas emergency dan responnya.

Step 1
1. lesson leart /perational research
     what went wrong : apa yang salah dari yang sudah berjalan
     what went well : apa yang sudah berjalan dengan baik
     how make it better : bagaimana memperbaikinya
2. Hazards mapping
    memetakan daerah-daerah yang rawan bahaya/bencana
3. resources mapping
    sumber daya yang ada baik dari manusia, logistik, dan dana
4. Sistem Management
    Terkait dengan struktur keseharian, profesionalitas.

Step 2
1. koordinasi
2. keamanan (safety)
3. komunikasi
4. Triase
5. treatment
6. transport

Step 3
1. Struktur Organisasi
- Sistem komando
- Prosedur Operasional Standar
- Pembagian tugas masing-masing departemen "who doing what"
- sistem manajemen untuk mengelola bagian-bagian yang ada, bagaimana orang-orang di lingkungan kerja tersebut saling berkomunikasi

2. Orang yang direkomendasikan
- bersyarat
- sesuai kompetensi standar

Step 4
1. pelatihan berdasar diskusi
- pelatihan orientasi (seminar, workshop)
- Table Top Exercie (TTX)

2. Pelatihan berdasarkan operasi
- drill
- pelatihan fungsional  
- pelatihan berskala besar

Step 5
1. aspek legal
- surat perjanjian
- sosialisasi

2. perkembangan dan pelatihan secara berkala
        


Inilah inti dari langkah-langkah dalam perencanaan rumah sakit dalam bencana, secara teknis tentu tidak segampang ini, oleh karena itu perlu dilakukannya pengembangan dan pelatihan secara periodik agar tercipta operational disaster plan (contingency plan). Di bawah ini terdapat link tentang teknis Hospital Disaster Plan.



References :
www.nnepi.org/pdf/1B_Emergency_Response_Plan_Wisconsin.pdf
http://www.bencana-kesehatan.net/

Selasa, 23 November 2010

Puskesmasku Sayang Puskesmasku Malang

      
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang lebih kita kenal sebagai Puskesmas, memiliki peran yang sangat krusial di tengah-tengah masyarakat. Puskesmas ini tidak hanya berada di tengah-tengah masyarakat sebagai tempat tujuan masyarakat bila sakit, tapi juga dalam hal pencegahan dan promosi akan hidup sehat. Namun, apakah semua peranannya itu sudah berjalan dengan baik?
Selintas, puskesmas hanya sebagai tempat yang ramai dikunjungi masyarakat saat bulan-bulan tertentu, semisal di musim penghujan karena mulai banyak kasus demam berdarah, diare, dan lain-lain. Itu semua hanya sebagian kecil kasus yang sering terjadi di masyarakat. Pada kenyataannya, pembangunan puskesmas dan misi untuk menjalankan tugasnya perlu mendapat dukungan masyarakat tidak hanya sebagai pasien yang membutuhkan , tapi juga sebagai individu pelaksana hidup sehat yang sudah dicanangkan puskesmas. Apabila individunya saja sudah tidak aware, dengan kesehatannya sendiri, bagaimana bisa peran promosi dan prevensi puskesmas berhasil di masyarakat.
            Puskesmas sendiri bila berada di daerah kota seharusnya memiliki 4 dokter di dalamnya dan smeua pasien harus di tangani oleh dokter, dan yang terjadi di daerah lain malah ada yang dokternya hanya 2 di 1 puskesmas, bahkan ada yang tidak ada sehingga praktis pelayanan masyarakat dilakukan oleh tenaga medis lainnya seperti perawat dan bidan. Tentu saja hal ini berpengaruh pada kepuasan masyarakat sendiri sehingga jangan disalahkan kalau mereka lebih memilih untuk berobat ke tempat lain. Banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi, salah satunya dokter enggan ditempatkan di puskesmas. Padahal bila dirunut lagi , justru di tempat inilah karir kita sebagia dokter dibentuk. Bahkan tidak hanya di bidang kedokteran kita juga bisa melatih diri untuk kompeten di bidang struktural. Masih banyak yang beranggapan di puskesmas itu karir kita berhenti,  mengingat kasus yang ditemui adalah kasus-kasus umum yang sering dijumpai di masyarakat, misalnya pusing, mual, demam, dan lain-lain. Hal ini tentu saja tidak mempengaruhi karir sebagai dokter, dokter di puskesmas juga bisa maju dengan mempromosikan puskesmasnya kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi datang ke praktek dokter pribadi melainkan ke puskesmas.
          

        Tidak hanya itu, di puskesmas pun para dokternya tetap diberikan pelatihan-pelatihan atau pun seminar-seminar yang menunjang keilmuan si dokter untuk penerapan di puskesmas. Apalagi sistem puskesmas pun juga sekarang bergantung di daerah masing-masing. Contoh saja, daerah Jawa tentu berbeda baik dari segi pendapatan, anggaran, dan sistem bila dibandingkan dengan daerah Sumatra atau Kalimantan. Untuk itu, tidak ada salahnya membnagun karir kita di daerah-daerah yang belum berkembang ini dan menjadikan ini sebagai prospek kedepan pembangunan puskesmas yang lebih maju lagi.
            Uraian singkat di atas ini ,menerangkan bahwa sebagai dokter nantinya kita tidak hanya selalu bekerja di tempat-tempat yang sudah memiliki "nama", tapi tidak ada salahnya bila kita mengembangkan diri dan membuat kemajuan di suatu daerah dari segi kesehatannya dalam hal ini pembangunan puskesmas.

Sabtu, 20 November 2010

DVI, detektif korban massal ?? Chapter II


DVI atau yang dikenal sebagai Disaster Victim Identification adalah suatu identifikasi yang diberikan sebagai prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengacu pada standar baku Interpol (International Police Organization). 
DVI diperlukan agar korban bisa di identifikasi dan dikenali identitasnya sehingga bisa diberikan kepada keluarganya dan korban dapat dikuburkan dengan layak sesuai agama yang dianutnya. Dalam pemeriksaan DVI ada berbagai macam hal yang di uji untuk mendapatkan informasi mengenai  identitas korban, kapan korban itu meninggal, bagaimana dan dengan cara apa korban meninggal. Dalam identifikasi juga perlu data korban sesudah meninggal dan data korban sebelum meninggal sebagai pembanding.



.


Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai ketrkaitan satu dengan lain, antaranya ; 'The Scene' , 'The Mortuary', 'Ante Mortem Information Retrieval' , 'Reconciliation' and 'Debriefing'. Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers. Namun demikian Interpol menentukan Primary Identifiers yang terdiri dari Fingerprints, Dental Records dan DNA serta Secondary Indentifiers yang terdiri dari Medical, Property dan Fingerprints.
Metode ilmiah untuk identifikasi yang paling mutakhir saat ini adalah DNA Profiling (Sidik DNA). Cara ini mempunyai banyak keunggulan tetapi memerlukan pengetahuan dan sarana yang canggih dan mahal. Dalam melakukan identifikasi selalu diusahakan cara-cara yang mudah dan tidak rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak bisa, baru meningkat ke cara yang lebih rumit.
Khusus pada korban bencana massal, telah ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu :
a. Primer/utama
   1) gigi geligi
   2) sidik jari
   3) DNA
b. Sekunder/pendukung
   1) visual
   2) properti
   3) medik
Identifikasi pada korban bencana masal adalah suatu hal yang sangat sulit mengingat
berapa hal di bawah ini:
1. Jumah korban yang banyak dan kondisi buruk
2. Lokasi kejadian sulit dicapai
3. Memerlukan sumber daya pelaksanaan dan dana yang cukup besa
4. Bersifat lintas sektoral sehingga memerlukan koordinasi yang baik.




Pembentukan Tim DVI di Indonesiadi Indonesia dibentuk oleh Kementerian Kesehatan bersama Kepolisian RI sejak tahun 1999  (Tim DVI Nasional, Tim DVI Regional dan Tim DVI Provinsi). Tim DVI Nasional berkedudukan di ibu kota Negara dan mempunyai tugas membina dan mengkoordinasikan semua usaha serta kegiatan identifikasi, sesuai aturan dan prosedur yang berlaku secara nasional maupun Internasional pada korban-korban mati massal akibat bencana (Disaster Victim Identification).
Saat ini, 4 DVI Regional telah terbentuk :
1. Regional I yang berada di Medan
2. Regional II yang berada di Jakarta
3. Regional Tengah yang berada di Surabaya
4. Regional Timur yang berada di Makasar


Tim DVI Regional tersebut merupakan perpanjangan tangan dari Tim DVI Nasionl sebagai koordintor bagi Provinsi dalam wilayah kerjanya, sedangkan Tim DVI Provinsi merupakan pelaksana identifikasi terhadap semua korban mati pada bencana.Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi korban mati pada bencana massal telah dikeluarkan oleh 2 departemen besar, Polri dan Depkes masing-masing :
No 1087/Menkes/SKB/IX/2004
No POL Kep/40/IX/2004
Sampai saat ini, DVI Nasional yang bertempat di Ibukota, Jakarta diketuai oleh Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan Polri  Brigjen Polisi Dr. Eddy Saparwoko, Sp.J.P., M.M., D.F.M., F.I.H.A, dan Wakil Ketua Tim DVI Nasional dijabat Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar pada Depkes dr. Wuwuh Utaminingtyas, M.Kes.


Diharapkan dengan pembentukan tim DVI di Indonesia ini,  penanganan korban mati pada bencana dan musibah massal dapat menjadi lebih baik lagi sehingga hasilnya dapat dipertanggungjwabkan secara ilmiah maupun secara hukum.

















References :
2. DVI Interpol
3. Kedokteran Forensik
4. Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI

Rabu, 17 November 2010

DVI, detektif korban massal ?? ( chapter I )



Telah kita ketahui bersama Gunung Merapi yang paling aktif, telah mengeluarkan isinya sejak 26 Oktober 2010 sampai sekarang saya menulis pun masih terjadi erupsi dan yang paling mengancam adalah dampak lahar dinginnya yang mengalir dan bisa membanjiri sungai-sungai yang ada di Jogja dan Sleman. Korban meninggal berjatuhan lebih dari 200 orang, sisanya mengalami luka bakar dan masih mengungsi. Kebanyakan korban meniggal akibat mengalami terpaan awan panas "wedhus gembel". Tim SAR dan Forensik mengevakuasi jenazah dan mengidentifikasi. Namun hal identifikasi ini tidaklah semudah yang kita bayangkan, sekedar mencari tahu siapa orang ini lalu diserahkan pada pihak keluarga. Tapi, di balik itu merupakan tantangan besar untuk mencari tahu dengan kondisi korban yang sudah tidak dapat dikenali dengan baik hanya dari visual dan waktu yang aa sangat sempit karena masih banyak korban lain yang perlu diidentifikasi. Lantas, bagaimana proses identifikasi itu sendiri ?


Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal, hanya metode penentuan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim di kerjakan dokter, tapi dilakukan oleh pihak kepolisian. Sedangkan metode yang selama ini dipakai oleh pihak kedokteran, meliputi :

1. Metode visual
Dilakukan dengan memperlihatkan wajah korban pada pihak keluarga atau rekan dekatnya. Merupakan metode yang paling sederhana, tapi hanya dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah korban masih baik keadaannya dan belum membusuk.

2. Pakaian
Pencatatan yang teliti pakaian ynag dipakai, model, merek pakaian, penjahit, inisial nama. Bagi korban yang tidak dikenali, menyimpan pakaian dengan potongan ukuran 10 x 10 cm adalah tindakan yang tepat , agar korban masih dapat dikenali meskipun sudah dikubur.

3. Perhiasan
anting-anting, kalung, gelang, dan cincin yang ada di tubuh korban, atau bila ada inisial namanya, maka akan membantu menentukan identitas korban.

4. Dokumen
KTP, SIM, Paspor, Kartu Golongan Darah, Tanda pembayaran, dll yang ditemukan di dompet atau tas korban dapat membantu menunjukkan identitas korban. Pada kecelakaan masal yang perlu dijadikan perhatian, dompet yang ada di kantung pria lebih bermakna dari tas wanita yang ada di dekat perempuan, karena biasanya sering terlempar atau dapat sampai ke orang lain yang bukan pemiliknya.

5. Medis
Pemeriksaan fisik keseluruhan ; bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas operasi serta adanya tattoo, dapat membantu menemukan identitas korban.
6. Gigi
Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus seseorang, sehingga tidak dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada 2 orang yang berbeda. Pemeriksaan ini penting dikala keadaan korban sudah rusak atau membusuk, dalam keadaan tersebut pemeriksaan sidik jari tidak dapat dilakukan. Tapi, pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan, belum meratanya sarana pemeriksaan gigi, demikian pula pendataan (dental record), oleh karena pemeriksaan gigi di kalangan rakyat Indonesia masih merupakan hal yang mewah.


7. Sidik Jari "Fingeprints"
Dikatakan tidak ada 2 orang yang memiliki sidik jari yang sama, walaupun kembar identik sekalipun. Mudah dilakukan secara masal dan murah biayanya. Meskipun metode ini dilakukan oleh polisi, namun dokter berperan dalam mengambilkan (mencetak) sisik jari, khususnya mayat yang sudah rusak atau membusuk.

8. Serologi
Penentuan golongan darah yang diambil dari dalm tubuh korban maupun bercak darah yang ada di pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah si korban dan mencari identitas korban dalam arti sempit.

9. Ekslusi
Umumnya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat korban (kecelakaan massal); tabrakan kereta api, jatuhnya pesawat, yang sudah memiliki daftar penumpang (passenger list) akan diketahui siapa-siapa yang menjadi korban. Bila tinggal satu yang belum dikenali karena keadaan mayatnya sudah sangat rusak, maka dari daftra penumpang tadi, dapat diketahui siapa nama korban tersebut, dari pengurangan korban lain yang sudah teriidentifikasi.

Tidak semua metode-metode ini dikerjakan, tapi cukup minimal 2 metode saja yaitu identifikasi primer dari pakaian dan identifikasi konfirmatif dari gigi.




References :

1. Ilmu Kedokteran Forensik
2. DiMaio. 2005. Forensic Pathology 2nd ed. CRC.
3. DVI INTERPOL

Sabtu, 13 November 2010

Sistem Surveillance di Kesehatan Usefull or Useless


Pernahkah anda mendengar surveillance ?? Atau melihat poster di atas??
Ya, surveillance menurut harfiahnya berasal dari kata survey, yang artinya mendata sesuatu atau mencatat, atau mengawasi. Kata ini sangat populer awalnya di kalangan pihak kemanan dan pertahanan sebuah negara untuk penyelidikan/intelligent untuk memata-matai orang yang dicurigai yang dapat membahayakan, dan tidak hanya negara,  kini lembaga swasta dan negeri sudah memakai sistem ini untuk lebih ke pengawasan di banyak sektor, mulai dari kommputer, mobile telphone, kamera, social analysis, data mining dan profiles, dan sebagainya. Ini adalah sebagian kecil surveillance secara umum. Namun adakah surveillance system sendiri di kalangan kesehatan ??

Surveillance bidang kesehatan adalah pengumpulan secara sistematis, interpretasi dan analisis data kesehatan yang penting untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktek kesehatan masyarakat, secara dekat diintegrasi dengan penyebaran waktu dari data ini kepada siapa saja yang ingin mengetahui (CDC "Centre for Disease Control"). Sehingga tujuan finalnya, dari surveillance ini adalah pengaplikasian data untuk pencegahan dan kontrol.

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan

Tujuan surveillance :
1. memonitor hal-hal yang potensial untuk menimbulkan penyakit pada manusia.
2. mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
3. memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan di masa datang.
4. membantu menetapkan masalah prioritas.

Kegiatan Surveillance :
1. menetapkan tujuan dari sistem surveillance penyakit dan menentukan data yang diperlukan
2. mengumpulkan data dan menelaah ulang data
3. mengolah data
4. menganalisa dan menginterpretasikan data.

Beberapa istilah dalam surveillance :
1. Universal care reporting
sistem surveillance yang melaporkan semua penyakit. misalnya tiap bulan Puskesmas melaporkan penyakit apa aja yang ada.
2. Sentinel Surveillance
sistem surveillance dari populasi, sampling di ambil dari beberapa karena alasan.
3. Laboratory based reporting
Laboratorium yang bersangkutan melaporkan
4. Passive surveillance
secara otomatis bila ada kasus dilaporkan
5. Active surveillance
 ada permintaan untuk wajib melaporkan, misal kasus avian influenza/flu burung

Sasaran Kegiatan Surveillance :
1. Surveillance Penyakit Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya memberantas penularan penyakit menular.
2. Surveillance Penyakit tidak menular
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap penyakit yang tidak menular dan faktor resiko untuk upaya memberantas penyakit tidak menular.
3. Surveillance Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
4. Surveillance Maslah Kesehatan
Merupakan analisis terus-menerus terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko yang mendukung program-program kesehatan tertentu.
5. Surveillance kesehatan Matra
Merupakan analisis terus-menerus terhadap masalha kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatan matra.

Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini.
Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.

Sistem pelaporan pasif punya kelemahan karena sering tidak lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit-penyakit yang prevalen. Sistem pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar bias didapatkan laporan yang lebih lengkap dan tepat waktu teurtama untuk penyakit-penyakit menular yang mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit-penyakit yang mungkin dipakai untuk melakukan bioterorisme.

Dengan segala kelemahan yang dimilikinya system pelaporan menular tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam upaya mencegah dan memberantas penyakit menular. Oleh karena itu setiap petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.








References :
1. http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id
2. Kuliah "Surveillance response and Public Health Informatics" dr. Lutfan Lazuardi
3 Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17

Minggu, 07 November 2010

Perampokan status sehat oleh "uniquely H1N1 (Flu Babi/Swine flu)"

headline berita tanggal 22 agustus 2009

Ini lah salah satu headline berita dari surat kabar elektronika yang menyebutkan bahwa penderita Flu Babi di Indonesia hampir 1000 angka, tepatnya mencapai angka 948 yang tersebar di 24 provinsi. Dari angka tersebut sudah 3 orang yang meninggal, salah satunya warga negara asing (WNA) dan anak berusia 6 tahun. Sehingga Indonesia berhasil menyumbang angka dari total 134.503 orang positif terkena influenza A H1N1,
sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO 11 Juni 2009 di seluruh dunia.

Apa itu flu babi ?? Bagaimana cara penularannya dan cara pencegahan? adakah vaksin yang tersedia? untuk lebih jelasnya mari kita bahas salah satu flu yang menjadi pandemik dunia dan membuat heboh di negara seluruh dunia termasuk Indonesia setelah flu burung. 

Flu babi / swine flu adalah penyakit respirasi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus ini seperti virus lainnya mengalami evolusi pada jamannya, di mana virus ini merupakan hasil “mixing” antara virus avian yang menyerang babi dan virus yang menyerang manusia. Kondisi di mana virus saling bercampur dan memunculkan strain virus baru dari beberapa sumber (reassortant virus). Hal inilah yang antara lain membuat virus flu babi yang normalnya spesifik dan hanya menginfeksi babi kadang bisa menembus batas spesies dan menyebabkan kesakitan pada manusia. Selama lebih dari bertahun-tahun, variasi berbeda dari flu swine sudah mewabah. Sekarang telah dikenal terdapat 4 virus utama influenza yang diisolasi dalam babi : H1N1, H1N2,H3N2, dan H3N1. Diantara 4 tipe ini, yang dikenal sekarang akhir-akhir ini adalah virus H1N1.

Angka kesakitan akibat infeksi virus yang menyebar di antara babi melalui udara baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung dengan babi pembawa virus itu cenderung tinggi pada populasi babi namun tingkat kematian akibat penyakit ini rendah, antara satu persen hingga empat persen.

Kejadian flu babi pada populasi binatang tersebut umumnya sepanjang tahun dengan peningkatan kejadian pada musim gugur dan dingin.

Selain bisa terinfeksi virus influenza babi tipe A subtipe H1N1, babi juga bisa terinfeksi virus avian influenza H5N1 (flu burung) dan virus influenza musiman atau virus influenza yang biasa menyerang manusia. Bahkan kadang babi juga bisa terinfeksi oleh lebih dari satu tipe virus dalam satu waktu.

Kejadian luar biasa penyakit infeksi influenza babi pada manusia beberapa kali pernah dilaporkan terjadi. Manusia biasanya tertular flu babi dari babi dan, meski sangat sedikit, dari orang yang terinfeksi karena berhubungan dengan babi atau lingkungan peternakan babi.

Kasus penularan flu babi dari manusia ke manusia sendiri terjadi dalam beberapa kasus namun masih terbatas pada kontak dekat dan sekelompok orang saja.

Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa flu babi menular melalui makanan, dalam hal ini daging babi dan produk turunannya yang ditangani dan dimasak secara tepat, sehingga tetap aman mengonsumsi produk tersebut.

Di samping itu, virus influenza babi mati jika dimasak pada suhu 70 derajat Celcius, sesuai dengan panduan umum mengolah daging.


Gejala Flu Babi
Gejala flu babi pada manusia umumnya serupa dengan gejala infeksi virus influenza yang biasa menyerang manusia yakni demam lebih dari 37,8 derajad celcius, sakit tenggorokan batuk, pilek, sakit kepala dan nyeri. Bahkan pada beberapa orang ditandai dengan diare dan muntah-muntah.

Presentasi klinis tipikal infeksi flu babi pada manusia yang serupa dengan inluenza biasa dan infeksi saluran pernafasan atas yang lain itu membuat sebagian besar kasusnya tidak terdeteksi dari surveilans influenza sehingga kejadian penyakit ini pada manusia secara global belum diketahui.

Tindakan pencegahan antara lain bisa dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit, menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan dengan air dan sabun, sebisa mungkin menghindari kontak dengan orang lain saat flu serta mencari pertolongan medis jika sakitnya parah supaya mendapatkan pengobatan.



Cara Penularan Virus Flu Babi
Hingga saat ini para peneliti belum mengetahui secara pasti cara penularan virus flu babi tersebut, seberapa lama waktu atau jarak yang dibutuhkan. Namun secara umum,virus flu menyebar melalui batuk dan bersin yang tidak ditutupi atau saat seseorang menyentuh mulut atau hidung dari tangan yang kotor. Mengingat virus flu dapat hidup di permukaan kulit untuk beberapa jam. Layaknya saat seseorang menyentuh pegangan pintu yang sebelumnya dipegang oleh orang lain yang bersin ditangannya. Daging babi yang dimasak tidak akan menularkan flu jenis ini.



Pencegahan Flu Babi
Cara melindungi diri dan keluarga saat ini adalah melakukan pencegahan yang biasa dilakukan. Tutup mulut saat batuk dan bersih dengan tisu yang kemudian segera dibuang, atau bersin pada bagian siku dibandingkan menggunakan tangan.

Kemudian, cuci tangan dengan teratur. Jika tidak ada sabun dan air, maka cairan pencuci tangan bisa digunakan sebagai alternatif. Tetap berada di rumah ketika sakit.


Meskipun telah lama ditemukan vaksin untuk mencegah penularan virus influenza, namun vaksin untuk virus flu babi (H1N1) sampai saat ini belum ada. Saat ini beberapa laboratorium pemerintah yang dibiayai oleh WHO sedang mengembangkan penelitian untuk menemukan vaksin virus flu babi.
Dua obat anti virus yang dipercaya mampu mencegah bertambah parahnya flu babi adalah zanamivir (Relenza) dan oseltamivir (Tamiflu). Penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan karena ditakutkan akan terjadi resistensi virus terhadap kedua obat tersebut. Obat ini juga tidak direkomendasikan untuk gejala flu yang telah muncul lebih dari 48 jam. Pada keadaan yang berat, pasien mungkin membutuhkan penanganan intensif lebih lanjut di rumah sakit.

Obat ini bekerja dengan menghambat neurominidase, yaitu "critical protein" yang berada di permukaan membran virus influenza, protein ini dapat membantu replikasi virus influenza dari sel host, selain itu juga menolong virus melewati membran mukus anatara sel-sel di saluran pernapasan. Protein ini ada di onfluenza tipe A dan tipe B.


Apakah flu babi benar-benar sudah berakhir? atau masih bersembunyi untuk melakukan evolusi type virus berikutnya?












Selasa, 02 November 2010

save from "H5N1 (avian influenza) yang pintar"


Tampak dari ilustrasi gambar di atas, seorang laki-laki mengorder "turkey, sejenis burung yang dikonsumsi di Amerika" yang ditaburi chestnut dan penicilin.

Menurut data WHO, negara-negara yang terjangkit outbreaks pada burung dimulai pertengahan tahun 2003 secara "Highly Pathogenic" di Asia Tenggara lalu sampai sekarang ini telah menyebar di daerah Eropa, Rusia dan sebagian Kazakhtan (akhir Juli tahun 2005). Kenapa bisa terjadi penularan ke berbagai negara?? Hal ini disebabkan "flight pathway" burung yang bermigrasi dan event ini recurring.

Lalu kasus ini outbreaks pada manusia dilaporkan terjadi pertama kali di Vietnam, dimana gejala sudah berkembang sejak Desember 2003 dan belum mendapat konfirmasi sebagai infeksi H5NI sampai 11 Januari 2004. Hanya negara Jepang,Korea dan Malaysia yang sudah free dari kasus ini. Indonesia sendiri termasuk di daftar negara bagian asia yang terkena outbreak. Dengan kasus paling banyak berada di DKI Jakarta dan di Jawa Barat.

Apa itu H5N1/flu burung/avian inluenza??
Merupakan tipe virus RNA (Riboxynucleic Acid) yang memiliki kemampuan rekombinan ( penggabungan natara genom virus tapi masih dalam 1 subtipe) yang tinggi, serta perubahan genetic, error rate yang tinggi dan mutasi gen yang tinggi pula sehingga virus ini dinamai "virus yang pintar" dan mampu bertahan hidup di dunia ini. Dinamakan H5 berasal dari Hemaglutinin 5 (berfungsi membantu masuknya virus ke sel) dan N1 dari Neuraminidase 1 (terkait fungsi virus itu setelah memasuki sel). Virus ini berasal dari burung yang bermigrasi (waterfowl reservoir) dan hampir semua host alternatifnya adalah mamalia sehingga sulit untuk dieraadikasi.

Tipe apa yang menular dan Cara Penularan ??
Yang dapat menulari pada manusia adalah tipe virus A, B, dan C. Di mana A paling patogenic (membahayakan) karena menginfeksi burung, unggas, dan manusia. Sedangkan tipe B dan C hanya manusia saja.
siklus penularan avian influenza

Gambar yang ada menjelaskan siklus penularan avian inluenza, yang bisa direct antar hewan maupun hewan ke manusia dan manusia ke manusia (newly update). Kenapa bisa menyebar antar manusia?
Karena dulunya merupakan spanish flu yang bermutasi serta pencampuran (rekombinan) antara Avian influenza virus dengan Human Influenza virus. Cara penularan bisa melalui :
1. transmisi kontak ; direct -kissing , indirect - sharing.
2. "droplet"  spread ; saat batuk, bersin, dan berbicara
3. "aerosol" spread ; jarang, tapi memungkinkan di kondisi yang sangat padat.


Bagaimana gejala yang timbul bila terinfeksi virus ini?
onsetnya akut, demam, menggigil,  nyeri otot, dan bisa disertai komplikasi termasuk pneumonia bakteri, jarang oleh pneumonia virus, myocarditis, encephalitis.

Pemeriksaannya laboratorium :
1. Immunofluorescence Antibody (IFA)
2. serology
3. Kultur

Pilihan obat2an dan pilihan pencegahan (prophylaxis) :
1.  Adamantanes : Rimantadine , Amantadine
2.  Neuraminidase inhibitor : zenamivir , oseltamivir

Apakah bisa di cegah ???
Virus influenza ini bisa dicegah dan terangkum dalam 6 langkah pencegahan disingkat TUMPAS  :



  • T ak Perlu panik dan khawatir yang berlebihan karena penyebab flu burung adalah virus yang mudah mati karena panas, sinar matahari, dan desinfektan.







  • U sahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama).







  • M encuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.







  • P roteksi anak-anak dan lansia dari kontak langsung dengan unggas, terutama yang terlihat sakit.







  • A mankan makanan dengan memasak daging dan telur unggas sebelum disantap terlebih dahulu . Untuk mengkonsumsi daging ayam, masak daging pada suhu mendidih lebih dari 1 menit, karena virus akan mati pada suhu 80 derajat celcius pada pemanasan selama 1 menit. Sedangkan untuk merebus telur dapat dilakukan pada suhu di atas 64 derajat celcius selama 6 menit, karena virus akan mati pada suhu 64 derajat celcius pada pemanasan selama 4,5 menit). 







  • S egera laporkan lepada aparat apabila menemukan unggas yang sakit atau mati mencurigakan.






  • Mari sukseskan gerakan pemerintah dalam tanggap flu burung agar menurunkan tingkat kejadian di Indonesia dan dunia serta menekan tingkat penularannya melalui pencegahan yang dapat dilakukan.








    Sumber :
    http://www.komnasfbpi.go.id/files/Flyer_Final_29_dec.jpg
    http://www.who.int/mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/
    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    "Flu Burung Diduga Kuat Penyebab Kematian!", Kompas CyberMedia, 16 Juli 2005

    Sabtu, 30 Oktober 2010

    Diary penting si pasien yang berimbas pada kualitas si penyedia pelayanan

    medical record

    Judul ini saya jadikan issue, ketika kenyataannya rekam medis pasien yang ada mengenaskan.
    Mengenaskan dalam arti baik secara isi dan kualitas tidak layak di sebut rekam medis.
    Menurut Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 :
    Rekam medis (Medical record) adalah berkas yang beirisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, baik hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

    Isi Rekam Medis
    Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:

    1. Data medis atau data klinis: data medis adalah segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb.Data ini bersifat rahasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.

    2. Data sosiologis atau data non-medis
     Yang termasuk di dalamnya adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

    Dari definisi dan tujuannya jelas lah rekam medis memilki fungsi penting tersendiri dalam praktek kedokteran. Selain sebagai pencatat, RM juga berfungsi sebagai barang bukti bila ada suatu hal terjadi yang menuntut si dokter melakukan kesalahan (malpraktek), dan juga sebagai pra-syarat di lakukannya audit clinic.
    Kenyataannya RM yang ada sekarang ini kondisinya tidak seperti yang diteorikan, baik dari segi isi (kelengkapan data medis dan data no-medis, kesulitan membaca tulisan bila audit) ataupun wujudnya (hilang, rusak, tidak terawat). Padahal RM ini juga kewajiban dokter untuk mengisi secara lengkap data pasien.
    Dampak dari audit medis yang diharapkan tentu saja adalah peningkatan mutu dan efektifitas pelayanan medis di sarana kesehatan tersebut.

    Bila pra-sayarat untuk dilakukannya audit medik saja ( adanya rekam medis yang lengkap) tidak terpenuhi , apakah perbaikan kualitas sesuai standar pelayanan akan terjadi???

    Source:
    Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989
    http://whqlibdoc.who.int/wpro/2002/9290610050.pdf

    Kamis, 28 Oktober 2010

    2 Sisi si pengobat (reflection)

    Profesi seorang dokter akan di tantang jiwa sosialisnya ketika mereka lulus dari pendidikan nanti. Tidak heran kalau mereka menganggap gaji yg diterima layak dg jerih payah yang mereka lakukan mulai dari sekolah yang lama, sampai yang mereka korbankan saat praktek kedokteran. Menginginkan gaji sejumlah 6-7 juta per bulan itu hal yang wajar, karena lulusan S1 ekonomi saja bila bekerja gajinya segitu per bulan, padahal yang mereka kerjakan tentu berbeda dari seorang dokter. Sampai saat ini belum ada regulasi untuk mengatur upah dokter yang seharusnya di terima. Sehingga mereka lebih memilih untuk membuka praktek tambahan di luar jam bekerja di suatu Rumah Sakit (praktek rumah/ klinik) untuk mendapat uang tambahan dari pendapatan pokok. Tapi di sisi lain, mereka pada akhirnya juga terlalu bekerja keras "ngoyo" untuk mendapat upah tambahan. Misal praktek di lebih dari 3 tempat, jam kerja praktek yang panjang, dan pasien yang banyak. Seharusnya ada regulasi yang mengatur ini semua agar beban kerja dokter tidak berat dan mereka tidak perlu lagi berusaha keras mendapat uang karena gaji yang mereka dapatkan "fair".

    Untuk itu sistem kapitasi lah yang dikenalkan sekarang ini dan sedang di galakkan pemerintah untuk para dokter yang lebih berpandangan promotif dan preventif tidak lagi kuratif dan identik dengan kejar setoran dari orang2 yang sakit. Sistem ini merunut dari dokter keluarga yang berperan preventif dan promotif, makin berhasil dokter tsb menggalakkan upaya kesehatan prevensi sehingga org2 yang sakit lebih sedikit, maka makin banyak juga uang yang mereka terima dari upaya kesehatan tsb. Sebenarnya dari jaman sejarah dulu, dokter mandapat upah dari orang2 yang sakit dan berdasar jumlah kunjungan pasien tsb. Apakah etis kita menarik uang dari orang yang sakit, menderita, lalu kita meminta hak jasa kita dari uang mereka, apalagi jika sampai si pasien mengupayakan dana untuk kesembuhannya?? ini yang menjadi beban moral tersendiri bagi si dokter, di satu sisi dia berhak mendapat jasa karena telah berupaya menyembuhkan tapi di sisi lain, hati nurani mengambil hak tsb dari apa yang dimiliki pasien,..sungguh bertentangan. Untuk itulah sistem ini ada, perlu kerjasama dokter/RS, Asuransi kesehatan dan pemerintah untuk meregulasi sistem ini. Sistem ini kurang berjalan karena salah satunya upah yang diterima dokter < 10% kapitasi, hal inilah yang menyebabkan para dokter berpikir untuk membuat praktek tambahan.  Tapi bila dokter mndapat upah 50% dari kapitasi mungkin hal ini tidak akan terjadi dan butuh sistem kontrol untuk mengendalikan mutu dokter juga.

    Tahun 2014 nanti dicanangkan "universal coverage" di Indonesia,.lets see apakah sistem kapitasi ini berhasil mengcover "universal" atau masih jalan di tempat??? yang bisa menjawab hanya kita "calon dokter" dan pemerintah ....

    Selasa, 26 Oktober 2010

    Ngamuknya sang Penguasa Gunung

    Sekitar pukul 18.30 waktu indonesia barat daerah Istimewa Yogyakarta,  gunung paling aktif mengeluarkan muntahannya disertai awan panas (wedhus gembel) yang sudah keluar pertama kali sekitar pukul 17.00 WIB. Kabar yang di terima sampai pukul 21.00 ada 26 korban jiwa yang luka-luka (luka bakar, sesak nafas, luka lecet) dan 1 korban meninggal dunia (usia 2 tahun akibat apnea berat) yang berada di RS Muntilan. Dampaknya yang terjadi saat ini masih berupa hujan abu vulkanik. Menurut sumber (BPPTK) , ini adalah fase erupsi awal dari Merapi dan masih ada fase berikutnya yaitu keluarnya magma dari gunung yang sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan terjadinya.

    Saat letusan itu terjadi, semua warga di evakuasi besar-besaran untuk diungsikan ke tempat pengungsian yang telah di sediakan. Dan telah dibagikan masker gratis untuk para warga sekitar. Warga berbondong- bondong menaiki kendaraan seperti truk, mobil, bahkan ada yang memekai motor untuk segera menjauh menyelamatkan diri.

    Seperti yang sudah terjadi sebelumnya (th 2006) dan belajar dari pengalaman tsb, antisipasi KLB Letusan Gunung Merapi kali ini sudah disiapkan di mulai sejak status Gunung Merapi memasuki tahap waspada. Tampak di Kabupaten Magelang dan Sleman Yogya yang mengampu sekitar 30 kecamatan mendirikan tenda2, posko, mempersiapkan balai desa dan tempat2 lain yang bisa dijadikan untuk tempat mengungsi, memeprsiapkan logistik seperti selimut, dll. Sampai evakuasi masyarakat yang mendiami wilayang lereng gunung yang dibagi pemerintah menjadi kawasan 1, 2, dan 3. Di mana kawasan 1 adalah kawasan sekitar 5 km dari puncak gunung Merapi ini para warga segera diusingkan guna mengantisipasi. Namun, masih saja ada beberapa warga yang tetap bertahan tinggal di wilayah tsb, dg alasan ekonomi dan menjaga harta benda mereka. Apa pun yang terjadi dalam hal ini saya salut pada pemerintah yang bertindak sigap untuk KLB ini dan sudah belajar dari pengalaman sebelumnya. 

    Sampai saatnya Merapi diganti statusnya menjadi siaga (siap2 letusan) mulai tanggal 25 Oktober 2010 pukul 06.00 pagi WIB. Para sukarelawan masih melakukan evakuasi para warga yang jumlahnya diperkirakan 3000 an ini. Para korban dilarikan ke RS di Yogyakarta (RS. dr. Sardjito, RS panti Rapih, dan RS bethesda.) dan di Muntilan. Di RS Muntilan misalnya sudah dilakukan persiapan BSB (Brigadir Siap Bencana) yang terdiri dari dokter bedah 2 orang, 10 dokter umum, dan 16 perawat sejak status merapi menjadi SIAGA hari senin lalu (25/10/10). Mereka dengan sigap melakukan masing2 tugasnya dan menerapkan prinsip triage dalam menangani bencana ini. Pasien dewasa yang mengalami sesak nafas yang gawat berhasil di selamatkan dengan resusitasi yang cepat, tetapi ada 1 korban anak usia 2 tahun yang meninggal dunia karena mangalami sesak nafas yang parah dan diperkirakan meninggal dalam perjalanan. Korban yang lain mengalami luka bakar di berbagai area tubuh mulai dari yang ringan sampai parah meliputi hampir seluruh tubuh. Dengan cepat dan tepat tim ini menangani korban sehingga meningkatkan resiko survival pasien. Sistem penyelamatan sudah dimatangkan sejak awal dan selalu disiapkan siaga kapan saja. Ini yang patut diacungi jempol.


    Gunung Merapi sudah memuntahkan isinya hari ini, Indonesia kembali berduka, tapi tidak berarti kita dikalahkan oleh bencana yang terjadi namun menjadikan ini semangat sosial tinggi untuk sesama.