Selasa, 30 November 2010

Awas Logistik menumpuk !!!

       Akhir-akhir ini Indonesia mengalami berbagai macam musibah yang memaksakan penduduk yang terkena musibah kehilangan sumber daya nya dan menumbuhkan permintaan terhadap bantuan yang ditujukan ke masyarakat di luar bencana. Barang bantuan yang dikirimkan dari titik suplai ke titik penampungan masih berupa perkiraan kebutuhan, karena biasanya supplier (donatur) masih belum mengetahui dengan pasti kebutuhan barang yang diperlukan oleh korban bencana, sedangkan barang bantuan yang dikirimkan dari titik penampungan ke titik permintaan sudah merupakan pemenuhan kebutuhan, sehingga jumlah barang dan jenis barang bantuan yang dikirimkan biasanya telah sesuai dengan kebutuhan para korban bencana. Gambar ini diambil di pengungsian korban merapi, pakaian bekas yang disumbangkan untuk para korban menumpuk dan tidak tertata rapi, bahkan ada yang kotor karena terinjak-injak, basah, yang membuat pakaian-pakaian ini semakin terlihat mubadzir. Dengan demikian, sistem logistik menjadi hal yang sangat penting.  Ancaman logistik menumpuk kini mulai kian terasa saat pengungsi mulai pulang. Kenapa bisa begitu ? Bagaimana seharusnya manajemen logistik ?

    
           Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan atau seni serta mengenai proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan , penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan , serta penghapusan alat-alat atau material ( Adman, S.Pd, M.Pd ).  Sedangkan menurut Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) logistik adalah aktivitas yang berkaitan dengan pengadaan (procurement), penyimpanan (storage) dan penghantaran (delivery) barang sesuai dengan jenis, jumlah, waktu, dan tempat yang dikehendaki ataudiperlukan konsumen dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point of destination).
Istilah logistik muncul dalam Angakatan Perang Amerika Serikat. Adapun yang diberikan saat itu terbatas pada usaha atau kegiatan yang berhubungan dengan gerakan perbekalan manusia dalam medan pertempuran.
           Di Indonesia bila terjadi bencana maka yang menangani adalah Badan Koordinasi Nasional Penanngulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi atau yang lebih dikenal dengan BAKORNAS PBP  yang berada langsung di bawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Bakornas–PBP dibantu oleh SATKORLAK PBP (Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi) yang mengkoordinasikan dan mengendalikan di tingkat Daerah /Provinsi, yang diketuai Gubernur. Sedangkan SATLAK PBP bertugas melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di wilayahnya dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh BAKORNAS PBP.



Proses Manajemen Logistik :
1. Fungsi perencanaan menetapkan sasaran-sasaran, penyelenggaraan di bidang logistik. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dan bila pelru diperhitungkan juga.

2. Fungsi anggaran merupakan kegiatan dan usaha merumuskan perincian kebutuhan dengan skala besar dan tetap memperhatikan pembatasan yang berlaku.

3 Fungsi pengadaan adalah kegiatan memenuhi kebutuhan operasional yang telah dirumuskan perencanaan ,penentuan kebutuhan, dan anggaran.

4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran meliputi pelaksanaan yang telah dikerjakan oleh fungsi-fungsi sebelumnya untuk disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.

5. Fungsi Pememliharaan berupaya untuk memaksimalkan penggunaan alat-alat dan inventaris yang ada sehingga memaksimalkan daya guna dan meminimalkan kerusakan. 

6. Fungsi penghapusan bertindak meniadakan barang-barang yang sudah habis manfaatnya dan dilakukan tergantung dari kebijakan instansi terkait.

7. Fungsi Pengendalian adalah fungsi inti dari pengelolaan logistik meliputi pemonitoran dan mengamankan seluruh pengelolaan  logistik.
         Menurut Ahyudin (2005) mengemukakan bahwa terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah. Hal ini akan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat efektif dan efisien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana, kita juga tidak direpotkan oleh sulitnya masalah transportasi.
2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak suka ikan sarden yang diawetkan. Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain kepada
pedagang. Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa.Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat Aceh lebih menyukai ikan asin daripada sarden.
3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-barakpenampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi secaraterus menerus.
4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat korban sebagai manusia.




Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan tidak lagi terjadi penumpukan bantuan di gudang logistik pusat maupun daerah dan agar segera di distribusikan bila terjadi penumpukan. Dan para donatur pun hendaknya memperhatikan barang-barang apa saja yang layak di berikan sesuai dengan budaya daerah bencana tersebut agar bantuan yang sudah diberikan sesuai dan dapat diterima oleh para pengungsi.
 





 
Reference :

Adman, S.Pd, M.Pd. Manajemen
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulamgan Bencana




Tidak ada komentar:

Posting Komentar