Rabu, 17 November 2010

DVI, detektif korban massal ?? ( chapter I )



Telah kita ketahui bersama Gunung Merapi yang paling aktif, telah mengeluarkan isinya sejak 26 Oktober 2010 sampai sekarang saya menulis pun masih terjadi erupsi dan yang paling mengancam adalah dampak lahar dinginnya yang mengalir dan bisa membanjiri sungai-sungai yang ada di Jogja dan Sleman. Korban meninggal berjatuhan lebih dari 200 orang, sisanya mengalami luka bakar dan masih mengungsi. Kebanyakan korban meniggal akibat mengalami terpaan awan panas "wedhus gembel". Tim SAR dan Forensik mengevakuasi jenazah dan mengidentifikasi. Namun hal identifikasi ini tidaklah semudah yang kita bayangkan, sekedar mencari tahu siapa orang ini lalu diserahkan pada pihak keluarga. Tapi, di balik itu merupakan tantangan besar untuk mencari tahu dengan kondisi korban yang sudah tidak dapat dikenali dengan baik hanya dari visual dan waktu yang aa sangat sempit karena masih banyak korban lain yang perlu diidentifikasi. Lantas, bagaimana proses identifikasi itu sendiri ?


Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal, hanya metode penentuan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim di kerjakan dokter, tapi dilakukan oleh pihak kepolisian. Sedangkan metode yang selama ini dipakai oleh pihak kedokteran, meliputi :

1. Metode visual
Dilakukan dengan memperlihatkan wajah korban pada pihak keluarga atau rekan dekatnya. Merupakan metode yang paling sederhana, tapi hanya dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah korban masih baik keadaannya dan belum membusuk.

2. Pakaian
Pencatatan yang teliti pakaian ynag dipakai, model, merek pakaian, penjahit, inisial nama. Bagi korban yang tidak dikenali, menyimpan pakaian dengan potongan ukuran 10 x 10 cm adalah tindakan yang tepat , agar korban masih dapat dikenali meskipun sudah dikubur.

3. Perhiasan
anting-anting, kalung, gelang, dan cincin yang ada di tubuh korban, atau bila ada inisial namanya, maka akan membantu menentukan identitas korban.

4. Dokumen
KTP, SIM, Paspor, Kartu Golongan Darah, Tanda pembayaran, dll yang ditemukan di dompet atau tas korban dapat membantu menunjukkan identitas korban. Pada kecelakaan masal yang perlu dijadikan perhatian, dompet yang ada di kantung pria lebih bermakna dari tas wanita yang ada di dekat perempuan, karena biasanya sering terlempar atau dapat sampai ke orang lain yang bukan pemiliknya.

5. Medis
Pemeriksaan fisik keseluruhan ; bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas operasi serta adanya tattoo, dapat membantu menemukan identitas korban.
6. Gigi
Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus seseorang, sehingga tidak dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada 2 orang yang berbeda. Pemeriksaan ini penting dikala keadaan korban sudah rusak atau membusuk, dalam keadaan tersebut pemeriksaan sidik jari tidak dapat dilakukan. Tapi, pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan, belum meratanya sarana pemeriksaan gigi, demikian pula pendataan (dental record), oleh karena pemeriksaan gigi di kalangan rakyat Indonesia masih merupakan hal yang mewah.


7. Sidik Jari "Fingeprints"
Dikatakan tidak ada 2 orang yang memiliki sidik jari yang sama, walaupun kembar identik sekalipun. Mudah dilakukan secara masal dan murah biayanya. Meskipun metode ini dilakukan oleh polisi, namun dokter berperan dalam mengambilkan (mencetak) sisik jari, khususnya mayat yang sudah rusak atau membusuk.

8. Serologi
Penentuan golongan darah yang diambil dari dalm tubuh korban maupun bercak darah yang ada di pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah si korban dan mencari identitas korban dalam arti sempit.

9. Ekslusi
Umumnya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat korban (kecelakaan massal); tabrakan kereta api, jatuhnya pesawat, yang sudah memiliki daftar penumpang (passenger list) akan diketahui siapa-siapa yang menjadi korban. Bila tinggal satu yang belum dikenali karena keadaan mayatnya sudah sangat rusak, maka dari daftra penumpang tadi, dapat diketahui siapa nama korban tersebut, dari pengurangan korban lain yang sudah teriidentifikasi.

Tidak semua metode-metode ini dikerjakan, tapi cukup minimal 2 metode saja yaitu identifikasi primer dari pakaian dan identifikasi konfirmatif dari gigi.




References :

1. Ilmu Kedokteran Forensik
2. DiMaio. 2005. Forensic Pathology 2nd ed. CRC.
3. DVI INTERPOL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar