Selasa, 26 Oktober 2010

Ngamuknya sang Penguasa Gunung

Sekitar pukul 18.30 waktu indonesia barat daerah Istimewa Yogyakarta,  gunung paling aktif mengeluarkan muntahannya disertai awan panas (wedhus gembel) yang sudah keluar pertama kali sekitar pukul 17.00 WIB. Kabar yang di terima sampai pukul 21.00 ada 26 korban jiwa yang luka-luka (luka bakar, sesak nafas, luka lecet) dan 1 korban meninggal dunia (usia 2 tahun akibat apnea berat) yang berada di RS Muntilan. Dampaknya yang terjadi saat ini masih berupa hujan abu vulkanik. Menurut sumber (BPPTK) , ini adalah fase erupsi awal dari Merapi dan masih ada fase berikutnya yaitu keluarnya magma dari gunung yang sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan terjadinya.

Saat letusan itu terjadi, semua warga di evakuasi besar-besaran untuk diungsikan ke tempat pengungsian yang telah di sediakan. Dan telah dibagikan masker gratis untuk para warga sekitar. Warga berbondong- bondong menaiki kendaraan seperti truk, mobil, bahkan ada yang memekai motor untuk segera menjauh menyelamatkan diri.

Seperti yang sudah terjadi sebelumnya (th 2006) dan belajar dari pengalaman tsb, antisipasi KLB Letusan Gunung Merapi kali ini sudah disiapkan di mulai sejak status Gunung Merapi memasuki tahap waspada. Tampak di Kabupaten Magelang dan Sleman Yogya yang mengampu sekitar 30 kecamatan mendirikan tenda2, posko, mempersiapkan balai desa dan tempat2 lain yang bisa dijadikan untuk tempat mengungsi, memeprsiapkan logistik seperti selimut, dll. Sampai evakuasi masyarakat yang mendiami wilayang lereng gunung yang dibagi pemerintah menjadi kawasan 1, 2, dan 3. Di mana kawasan 1 adalah kawasan sekitar 5 km dari puncak gunung Merapi ini para warga segera diusingkan guna mengantisipasi. Namun, masih saja ada beberapa warga yang tetap bertahan tinggal di wilayah tsb, dg alasan ekonomi dan menjaga harta benda mereka. Apa pun yang terjadi dalam hal ini saya salut pada pemerintah yang bertindak sigap untuk KLB ini dan sudah belajar dari pengalaman sebelumnya. 

Sampai saatnya Merapi diganti statusnya menjadi siaga (siap2 letusan) mulai tanggal 25 Oktober 2010 pukul 06.00 pagi WIB. Para sukarelawan masih melakukan evakuasi para warga yang jumlahnya diperkirakan 3000 an ini. Para korban dilarikan ke RS di Yogyakarta (RS. dr. Sardjito, RS panti Rapih, dan RS bethesda.) dan di Muntilan. Di RS Muntilan misalnya sudah dilakukan persiapan BSB (Brigadir Siap Bencana) yang terdiri dari dokter bedah 2 orang, 10 dokter umum, dan 16 perawat sejak status merapi menjadi SIAGA hari senin lalu (25/10/10). Mereka dengan sigap melakukan masing2 tugasnya dan menerapkan prinsip triage dalam menangani bencana ini. Pasien dewasa yang mengalami sesak nafas yang gawat berhasil di selamatkan dengan resusitasi yang cepat, tetapi ada 1 korban anak usia 2 tahun yang meninggal dunia karena mangalami sesak nafas yang parah dan diperkirakan meninggal dalam perjalanan. Korban yang lain mengalami luka bakar di berbagai area tubuh mulai dari yang ringan sampai parah meliputi hampir seluruh tubuh. Dengan cepat dan tepat tim ini menangani korban sehingga meningkatkan resiko survival pasien. Sistem penyelamatan sudah dimatangkan sejak awal dan selalu disiapkan siaga kapan saja. Ini yang patut diacungi jempol.


Gunung Merapi sudah memuntahkan isinya hari ini, Indonesia kembali berduka, tapi tidak berarti kita dikalahkan oleh bencana yang terjadi namun menjadikan ini semangat sosial tinggi untuk sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar