Judul ini yang sengaja saya angkat karena kembali diberitakan adanya kerjasama dokter "sebagai oknum" dengan perusahaan farmasi. 3 hari yang lalu saya melihat headline berita ini tercantum di surat kabar elektronik. Kembali terkuak dan di bahas habis-habisan. Percaya tidak percaya itu nyata.
Pada dasarnya profesi dokter ini bersifat sosialis tapi semakin ke sini berubah menjadi kapitalis. Mereka yang sekarang manjadi oknum ini lebih tertarik mencari uang lewat obat yang mereka tawarkan kepada pasien yang jelas2 itu menguras kantong pasien mereka. Padahal di luar sana pemerintah sudah mengobarkan bahwa penggunaan obat generik sama kandungannya dengan obat "branded". Mereka para dokter pasti tau hal ini, saya yakin. Trus knp msh saja terjadi praktek ini????? Kemana jiwa sosial mereka ???
Hal ini juga terjadi pada saya sendiri. Di waktu itu saya merasa tidak enak badan baru terasa 2 hari dan memutuskan untuk berobat ke dokter di klinik rumah terdekat karena sebentar lagi ujian dan saya pikir harus fit agar bisa mengikuti ujian tsb. Akhirnya saya berobat ke dr. S, saya membawa uang 100 rb. Di runag praktek, dr.S menganamnesis saya dan melakukan pemeriksaan fisik yang saya perhatikan tidak sesuai dengan yang saya pelajari. Tapi, pikir saya ya sudahlah toh si doketer juga jam terbangnya lebih tinggi. Saat di beri resep doketr tsb memberikan saya obat antibiotik branded lalu obat racikan dalam bentuk kapsul yang isinya ada 6 item dijadikan satu kapsul, dan yang terkahir vitamin branded juga. Saya pikir uang saya 100 rb ini cukup untuk menebus obat, setelah ke kasir ternyata totalnya sekitar 250 rb, saya kaget bukan main dan tentu saja tidak jadi menebus obat saya. Saya membaca nama2 obat saya berkali2 bolak balik urut dari atas ke bawah kertas resep. Dalam hati saya pantas saja "wong semuanya bermerk". Lalu di sebelah saya ada seorang nenek2 yang ditemani anaknya dr pakaian sudah menampakkan mereka kurang mampu, saya mengintip sedikit catatan si nenek, ternya beliau sakit Gula. Di situ hati saya terketuk, saya yang hanya sakit 2 hari sudah harus bayar 250 rb apalagi si nenek ini yang sakit gula dan secara logika tentu pengobatannya lebih kompleks dari saya. Sedih rasanya hati ini mengingat wajah si doketr tadi yang meresepkan saya dan membandingkan dengan wajah si nenek. Ya Allah saya tidak ingin jadi orang yang zalim, doa saya dalam hati.
Perusahaan farmasi yg merelease "obat branded " ini menjanjikan si dokter banyak hal , mulai dari seminar gratis, perjalanan gratis, hadiah ini-itu yang menggiurkan ... tapi sekali lagi bila diresepkan pada pasien tentu ynag membiayai hadiah itu semua ya dari uang pasien ini. Terbayang lagi wajah nenek yang duduk di sebelah saya ketika di klinik dokter itu. Ini sekarang menjadi pilihan apakah tetap mau menzalimi pasien apa tetap menggemborkan obat yang lebih murah dan terbukti menurut evidence efficacy nya. One more time life is choices...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar