Senin, 25 Oktober 2010

H.T.S (Heal The System) part 2

WHY HEAL ? karena sistem yang sudah dibuat dan dirancang sekarang ini saking bagusnya sampai tiba diwaktu penggunaannya terjadi berbagai problem, tidak hanya di pemerintah tapi juga di semua strata masyarakat. So i think it's appropiate take this word "heal" as a main idea dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia.

Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah salah satu subsistem yang ada di SKN.

pemerataan SDM Kesehatan berkualitas masih kurang. Pengembangan karier, sistem penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mestinya. Regulasi untuk mendukung SDM Kesehatan masih terbatas; serta e) Pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan serta dukungan sumber daya SDM Kesehatan masih
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan belum memadai, baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia masih termasuk rendah, yaitu 19 per 100.000 penduduk bila dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, seperti Filipina 58 per 100.000 penduduk dan Malaysia 70 per 100.000 pada tahun 2007.

Dari data di atas sudahkah jumlah dokter di negeri kita tercinta ini memenuhi kebutuhan masyarakat y=untuk sehat???????????

Bayangkan di Indonesia kita ini ada 70 fakulats kedokteran yang kira2 meluluskan sekitar 5000 dokter umum tiap tahunnya. Jumlah ini sangat fantastis mengingkat jumlah penduduk di Indonesia yang berjumlah 206 juta jiwa (BPS tahun 2000) berarti setiap 20 dokter per 824.000, cukup banyak sekali bukan??? Dari data tsb jelaslah tidak seimbang antara dokter dan jumlah penduduk.

Logikanya Indonesia yang terdiri dari negara yang berkepulauan ini memiliki dokter dengan jumlah yang merata di setiap pulaunya tergantung jumlah penduduk di pulau tsb. Nyatanya itu tidak terjadi dan justru terpusat di daerah2 kota besar seperti Jawa dan Bali. Sungguh ironi, apakah semakin menimbulkan kesenjangan antara penduduk yang mendapat pelayanan dg yang tidak???

Persebaran yang tidak merata ini tidak hanya dari faktor manusianya tp juga faktor daerah tujuan dan pemerintah yang mendasari sistem persebaran tenaga medis ini. Beberapa problem yang ada :

1. kurangnya informasi atau data2 yg tersedia mengenai jumlah penduduk dan jumlah tenaga medis yang seharusnya.
2. daerah tujuan yang sangat tidak memadai dalam hal fasilitas sarana dan prasarana
3. upah tenaga kesehatan yang sampai sekarang blum jelas dan disosialisasikan bila bekerja di daerah selain kota besar.
4. masalah adat dan istiadat atau budaya daerah setempat

Hal2 inilah yang sampai sekarang masih menghantui para lulusan dokter  yang bersedia mengabdi di daerah2 tsb tapi belum jelas adanya informasi yang tertulis misalnya sebagai peraturan/regulasi. Sehingga mereka mngurungkan niat untuk mengabdi lebih di daerah tsb dan lebih memilih membuka praktek di "kaki lima" kota besar. Padahal bila berhasil mengabdikan diri di daerah tsb kita mendapat "bonus" lebih dari pemerintah daerah krn sekarang sudah sistem otonomi daerah. Tapi knp masih banyak yang enggan???
Masalah ini tidak menutup kemungkinan bahwa tempat ynag kosong itu diisi oleh tenagakesehatan lain dari luar negara kita. Toh, juga sekarang sudah diberlakukan perdagangan bebas ASEAN (AFTA, Asean Free Trade Mark 2010).

Akankah kita hanya berdiam diri dan membiarkan kursi yang kosong itu diisi orang lain?? bukankah seharusnya lebih baik yang mengisi adalah orang kita sendiri dan menjadi lebih bangga karena bisa mensejahterakan kesehatan penduduk di Indonesia kita tercinta ini.

Inilah realita yang terjadi di ranah kita berpijak sekarang ini, apakah kita terus membiarkannya para kawan sejawat dan wahai pujangga pendiri kerajaan ?? Pilihan bagi saya sebagai penulis untuk terus memperjuangkan kesehatan di Indonesia ini atau mengikuti trend sekarang di kota besar?? Life is choices..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar